Ikhlas merupakan sumber kedamaian -Rini Suryani-

Rabu, 18 Juni 2014

Cerpen Detektif Dadakan

     Vina dan Feronica berjalan menyusuri koridor sekolah. Sunyi, hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar. Lalu ketika mereka memasuki laboratorium itu...
"vin, ntar sore gue ke rumah lo ya"
"mau ngapain fer?"
"lah, lo lupa? Kan kita mau ngerjain tugas pak subroto"
"ya ampun iya gue lupa. Oke oke gue tunggu lo yaa"
"sipp"
Feronica berlalu pergi. Lalu Vina bergegas menuju parkiran bersiap untuk pulang ke rumah. Sesampainya dirumah ia langsung mengeluarkan laptop.
Sore hari menjelang malam
Feronica turun dari motor alfi, kekasihnya tepat di depan rumah vina. Kemudian ia langsung mengetuk pintu kemudian masuk ke dalam rumah vina.
"akhirnya dateng juga lo fer, gue pikir lo gak jadi dateng"
"hehe sorry vin tadi aku diajak makan dulu bareng alfi"
"yeee udah bareng pacar aja lo lupa segala"
Mereka mulai mengerjakan tugas hingga larut malam. Tiba-tiba di tengah mengerjakan tugas vina mengingat sesuatu...
"ya ampun fer, gue lupa! Data bagian akhir ketinggalan di sekolah"
"yaelah gimana bisa ketinggalan?"
"tadi siang tuh gue ke labor kimia, disitu ada komputer kan. Nah gue copy data bahan-bahan untuk percobaan minggu depan ke flashdisk gue, kayaknya gue lupa nyabut tuh flashdisk deh"
"lo ini emang pelupa tingkat kabupaten yaa. Lo kan tau sendiri pak subroto tuh gimana galaknya. Dan besok itu dia jam pertama di kelas. Dia gak bakal nerima alasan apapun untuk tugas yang gak dikerjain maupun gak selesai."
"duh fer maaf nih, maaf banget..."
"jadi sekarang gimana dong?"
"kayaknya kita terpaksa ngambil flashdisk gue di sekolah sekarang deh. Gimana?
"okedeh, Mang udin tinggal di deket sekolah kan? Lo tau rumahnya yang mana?"
"iya gue tau, gue pernah liat dia masuk ke salah satu rumah deket situ"
Kemudian mereka bergegas menuju rumah mang udin untuk meminjam kunci labor. Setelah itu mereka menuju sekolah. Sesampainya di sekolah...
"vin, kok ni sekolah serem amat yaa malem-malem gini. Gue rada takut..."
"huss lo jangan ngomong gitu. Makin lo takut, sugesti ke diri lo bakalan jadi lebih buruk."
Kemudian mereka menyusuri koridor-koridor sekolah menuju ke laboratorium kimia. Vina membuka pintu laboratorium kimia dan melangkah masuk.
Suasana di dalam laboratorium kimia begitu gelap. Vina membuka kontak lampu lalu bergegas menuju tempat komputer berada. Ia menemukan flashdisk yang ia cari, flashdisk itu memang masih melekat di cpu komputer.
Ketika langkah kaki vina dan feronica bergerak menuju pintu laboratorium, suara aneh terdengar dari dalam pintu yang menuju ke ruang bahan yang berada di dalam laboratorium.
"vin, bunyi apaan tuh. Gue takut..." Feronica berbisik di telinga vina.
"Gue juga gak tau. Udah lo tenang aja gausah takut. Gue coba liat ya"
"vin lo yakin? Kita minggat aja yuk dari sini..."
Tak menghiraukan apa yang dikatakan oleh feronica, vina berjalan menuju ruang bahan. Dengan segenap perasaan penasaran ia membuka pintu ruangan itu dengan perlahan.
Bunyi aneh kian terdengar. Vina semakin penasaran dengan bunyi aneh itu, ia mencari dan mendekati asal suara. Semakin dekat...
Pranggggg!!!!
Suara suatu tabung yang ada terjatuh dari raknya. Feronica berteriak. Lalu bergegas menyusul vina ke dalam ruang bahan.
"VIN, ADA APA? LO GAK KENAPA-NAPA?"
"gak fer, tapi..." suara vina terkejut seakan tak percaya melihat apa yang baru saja terjatuh dari tabung yang berbunyi aneh.
Feronica yang melihat isi tabung yang jatuh begitu terkejut hingga hampir pingsan.
"vi...vin...itu apaan..." dengan takut-takut feronica bertanya kepada vina.
"gue juga gak ngerti fer...ini janin bayi siapa...dan kenapa bentuknya kayak gini, gak kayak janin bayi manusia"
Dalam suasana kekagetan yang terjadi. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari luar laboratorium, suara seseorang berlari dengan cepat. Vina dan feronica terpaku di ruang bahan dengan wajah pucat pasi. Seseorang itu kemudian memasuki ruang bahan tempat mereka berada.
"KALIAN NGAPAIN DISINI? APA YANG TERJA..." pak gilang guru kimia mereka berteriak lalu tersentak melihat apa yang berserakan di lantai.
Vina mencoba menjelaskan.
"sebenarnya kami disini mau ngambil data ka..." vina tidak menyelesaikan kalimatnya, ia heran melihat pak gilang menangis sambil memeluk janin aneh tersebut.
Feronica dengan takut-takut mencoba bertanya kepada pak gilang.
"p...pak, bapak kenapa?"
Menangis tersedu-sedu dengan masih memeluk janin aneh tersebut, pak gilang melirik ke arah feronica lalu vina secara bergantian. Kemudian ia berteriak.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN TERHADAP ANAK SAYA. KALIAN TELAH MEMBUNUH ANAK SAYA. KALIAN PEMBUNUH. SAYA AKAN MEMBUNUH KALIAN UNTUK MEMBALASKAN DENDAM ANAK SAYA"
Vina dan feronica sangat terkejut atas apa yang dikatakan oleh pak gilang. Tanpa pikir panjang mereka bergegas melarikan diri dari ruang bahan keluar menuju pintu laboratorium.
Pak gilang menaruh janin aneh tersebut dengan hati-hati ke lantai. Lalu membuka jas lab yang ia kenakan kemudian menyelimuti janin tersebut. Ia mengusap airmatanya lalu dengan raut wajah yang begitu mengerikan ia keluar ingin mencari vina dan feronica.
Di depan koridor sekolah
"vin cepetan sebelum pak gilang dapetin kita. Cepet vin gue takut sumpah"
"tenang fer, gue lagi ngidupin mesin nih. Lo jangan panik. Dia belum ada keliatan. Lo jangan buat gue jadi panik juga"
Kemudian mereka berhasil pergi meninggalkan sekolah tepat di depan mata pak gilang yang semakin geram karena tidak berhasil menangkap mereka.
Dalam perjalanan pulang, mereka mendiskusikan apa yang baru saja terjadi.
"vin, gue takut vin. Kita mesti gimana? Besok kita ke sekolah gimana? Gue takut vin, gue gatau mesti gimana"
"iya fer gue juga bingung. Gue sama sekali gak ngerti apa yang sebenarnya terjadi. Janin aneh itu...pak gilang... Duh gak tau deh gue yang penting besok kita tetep ke sekolah. Gimana-gimananya kita pikirin ntar. Gue anter lo pulang sekarang ya, biar tugas akhir kita gue yang selesaiin. Lo jangan panik fer, pasti bakalan ada jalan keluarnya"
"i...iya vin, lo jangan sampe pisah sama gue  ya disekolah. Gue takut di sergap pas lagi sendirian. Apalagi pak gilang guru kita..."
Kemudian mereka sampai dirumah feronica. Lalu vina mencoba menenangkan feronica.
"tenang fer, pak gilang gak bakal berani nekat di sekolah. Lo tenang aja yaa jangan terlalu dipikirin. Langsung istirahat lo"
"iya vin, thanks ya gue masuk dulu"
Vina kemudian pulang kerumah. Sepanjang perjalanan ia memikirkan apa yang baru saja terjadi. Sesampainya dirumah ia langsung menyiapkan tugas pak subroto dengan cepat agar ia bisa membuka internet mencari tahu tentang janin aneh yang baru saja ia lihat.
Berjam-jam ia mencari tahu hingga subuh menjelang. Beberapa fakta yang ada membuat ia kaget sekaligus semakin penasaran. Ia mencetak semua hasil pencariannya. Lalu ia mencetak gambar janin aneh itu.
Ternyata disaat ia menemukan janin aneh itu ia sempat merekam dan memfotonya. Karena flash kamera hapenya membuat janin aneh di dalam tabung tersebut mengamuk lalu menjatuhkan dirinya ke lantai.
Pagi menjelang. Tanpa tidur vina langsung bergegas mandi kemudian bersiap-siap pergi sekolah. Ia memasukan tugas pak subroto ke dalam tasnya. Lalu ia juga memasukkan hasil pencarian tentang janin aneh tersebut.
Setibanya di sekolah, feronica dengan muka yang kusam menunggu kedatangan vina. Lalu tak lama kemudian vina memasuki ruang kelas. Feronica sedikit lega.
"vin, akhirnya lo dateng juga. Gue masih kepikiran..."
"fer, kayaknya gue tau makhluk apa yang sebenarnya kita liat semalam. Yaa yang menyerupai itu lah"
"lo serius vin, kok bisa?"
Kemudian vina menceritakan semua informasi yang ia dapatkan. Raut wajah feronica semakin ketakutan sekaligus ngeri mendengar apa yang dijabarkan oleh vina.
Masih mendiskusikan hal tersebut, pak subroto memasuki kelas.
"yak, kumpulkan tugas kalian sekarang"
Berjam-jam berlalu, vina tak begitu mendengarkan apa yang dijelaskan oleh pak subroto. Pikirannya melayang. Kemudian ia memiliki ide untuk menceritakan hal tersebut kepada kepala sekolah.
Bel istirahat berbunyi
"fer, gue mau nyeritain semuanya ke kepsek. Lo gimana? Mau ikutan? Kalo lo takut gapapa gue sendiri aja, kayaknya lo gabisa tidur semalem, muka lo pucet banget"
"gue ikut! Gue emang takut tapi gue bakal lebih takut kalo masalah ini gak selesai. Yuk kita pergi sekarang, lebih cepat lebih baik"
Mereka berjalan menuju ruang kepala sekolah. Di tengah jalan tanpa sengaja mereka berpas-pasan dengan pak gilang yang baru saja keluar dari ruang kelas. Feronica semakin pucat. Vina memasang muka was-was. Pak gilang dengan tersenyum menyapa mereka.
"siang anak-anak"
Dengan muka terheran-heran feronica dan vina menjawab dengan gagap.
"s...siang pak"
Pak gilang kemudian berlalu pergi.
"vin, kok..."
"tu orang kayaknya sarap deh fer. Mending kita cepetan ke kepsek"
Sampai di ruang kepala sekolah mereka menceritakan semuanya. Kepala sekolah mendengarkan, membaca hasil pencarian, dan melihat bukti dengan seksama. Kepala sekolah sontak kaget dan menampakkan muka setengah tak percaya. Lalu kemudian ia berkata.
"bapak benar-benar terkejut dengan berita ini. Tapi sepertinya apa yang kalian katakan adalah fakta. Karena setelah dipikir-pikir, sebulan lalu istri pak gilang melahirkan lalu meninggal. Dan dikatakan anaknya juga tidak bertahan lama. Kemudian semenjak itu pak gilang sempat memiliki emosi labil, namun beberapa minggu ini ia terlihat sehat-sehat saja maka dari itu kami para guru merasa ia orang yang tegar. Bapak tidak menyangka ia akan melakukan ini terhadap bayinya sendiri. Mungkin karena ia begitu menyayangi istri dan anaknya maka ia ingin membuat anaknya hidup kembali dengan ilmu kimia yang ia miliki. Bapak akan mengurus ini semua. Dan kalian berdua sebaiknya sekarang balik ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Dan ingat kalian jangan pulang dulu, setelah pulang bapak akan segera menemui kalian di depan gerbang sekolah dan mengajak kalian untuk menjadi saksi. Apa kalian bersedia?"
"iya pak kami bersedia" dengan mantap vina menjawab.
Bel pulang telah berbunyi. Vina dan feronica menunggu kedatangan kepala sekolah di depan gerbang sekolah. Seseorang berjalan mendekati mereka. Bukan kepala sekolah melainkan pak gilang.
"anak-anak kalian sedang apa disini?" pak gilang bertanya kepada mereka seakan semalam tidak ada yang terjadi.
"k...kami menunggu tumpangan pak"
"mau saya anter?"
"t...tidak pak makasih"
"KALIAN DENGAR TIDAK?! SAYA YANG AKAN MENGANTAR KALIAN! AYO IKUT SAYA!" pak gilang tiba-tiba berteriak.
Vina dan feronica terkejut dan ketakutan. Mereka mencoba kabur namun gagal. Pak gilang telah menyiapkan tali dan lakban untuk mengikat mereka. Kemudian mereka dimasukkan kedalam mobil.
Ia mengendarai mobil dengan cepat menuju rumahnya. Vina dan feronica berusaha melepaskan diri namun tak berhasil.
Sesampainya dirumah pak gilang membuka pintu belakang akan mengeluarkan vina dan feronica, bersamaan dengan itu kepala sekolah beserta polisi langsung menyergap pak gilang.
"itu pak orangnya, dia memiliki kelainan jiwa dan saat ini sedang melakukan penculikan" kepala sekolah menuntun polisi untuk menangkap pak gilang.
Ternyata, semenjak di sekolah, kepala sekolah sengaja menyuruh vina dan feronica menunggu di depan gerbang sekolah agar dapat memancing pak gilang. Sambil terus mengawasi, kepala sekolah segera menelepon polisi dan membuntuti mereka.
Pak gilang ditangkap polisi. Kepala sekolah melepaskan ikatan dan lakban vina dan feronica.
"maaf ya nak bapak menjadikan kalian umpan, niat bapak agar pak gilang lebih mudah ditangkap dan polisi memiliki bukti nyata untuk menangkapnya"
"tidak mengapa pak kami berdua justru berterimakasih karena bapak telah menolong kami"
Kasus selesai. Vina dan feronica begitu lega telah melewati semuanya. Pak gilang ternyata seorang psikopat. Dulu disaat istrinya melahirkan, sebenarnya dialah yang membunuh istrinya dan menjadikan anaknya sendiri sebagai percobaannya. Lalu kemudian ia menyamarkan berita kematian istri dan anaknya. Vina dan feronica telah berjasa besar. Mereka secara tak sengaja menjadi detektif dadakan.
Pertama kali nulis cerita kayak begini, biasanya cinta-cintaan haha. Semoga kalian menikmati cerita fiksi ini yaa
By: Rini Suryani^^

Senin, 16 Juni 2014

Teruntuk kamu...

Sebuah pesan untukmu
Ternyata sudah dua bulan berlalu semenjak kita semakin renggang. Tiap hari bayangmu masih saja menghampiriku. Tiap malam aku masih memikirkanmu. Kenangan kita masih saja menghantui.

Bahkan jika aku berusaha sekuat tenaga mengalihkan pikiran itu, engkau tetap muncul di mimpiku. Sudahlah aku memang tak bisa berbuat apa-apa lagi terhadap hati dan pikiran ini.
Aku merindukanmu. Aku ingin tahu kabarmu saat ini. Namun aku tidak ingin mengganggu hidupmu. Mungkin setelah tidak dekat, kehidupanmu akan menjadi lebih baik.

Aku menyayangimu. Perasaan ini masih sama. Tidak ada yang berubah. Bahkan disaat aku menulis ini, airmataku masih saja mengalir. Haha cinta memang selalu membuatku tampak bodoh.
Saat ini kita tetap baik-baik saja. Aku bersyukur ini tidak membuat kita bermusuhan. Aku berharap kita tidak akan saling membenci.

Teruntuk kamu yang aku sayangi entah sampai kapan...

Semoga rasa ini dapat memudar seiring berjalannya waktu. Karena sejujurnya aku lelah terus berusaha menghapuskannya dan tetap saja gagal.
Teruntuk kamu yang mungkin telah melupakanku...
Aku berharap kamu akan mendapatkan seseorang yang sesuai harapanmu, yang terbaik untukmu. Maaf jika aku tak sempurna untukmu.
Teruntuk kamu yang aku cintai...
Semoga kamu meraih cita-cita dan kesuksesan yang kamu harapkan. Aku berdoa yang terbaik untukmu.

Teruntuk kamu, yang masih berada dipikiranku...
Aku masih sayang kamu.

Ternyata cinta saja tidak cukup.

     Pertengkaran demi pertengkaran membuat kami semakin renggang. Hingga orang yang melihat kami menjadi bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.

Seminggu sebelum hari ini dia terlihat aneh. Tanpa semangat dan sedikit cuek. Aku mengira mungkin moodnya sedang buruk, maka aku mencoba menghibur.

Dia meminta maaf. Hari ini dia sadar akan perubahan sikapnya seminggu lalu. Dia mengatakan ia merindukanku. Lucu memang, kami sekelas, tiap hari bertemu, tapi ia merindu. Mungkin karena kami sempat jauh.
Aku tersenyum mendengar voice note yang ia kirimkan. Aku merasa lega, kami mulai membaik. Seminggu ini kami kembali dekat.

Tanpa ada penyebab pasti, kami berkelahi. Dia mengeluarkan semua emosi dan hal yang ia pendam selama ini. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya ia pikirkan. Yang aku tahu, kata-kata yang ia keluarkan begitu menyakitkan.
Tak pernah aku melihat ia mengeluarkan kata-kata seperti ini kepadaku. Aku tak dapat menahan airmataku. Aku benar-benar tidak mengerti akar dari permasalahan ini. Aku tidak mengerti apa yang salah disini.

Hingga kata menyakitkan darinya keluar dari layar hpku. Kata-kata yang sama sekali tidak kusangka akan dilontarkannya. Aku benar-benar kehabisan kata.

Aku bertanya mengenai alasan, namun ia enggan menjawab. Ini begitu menyakitkan. Aku hanya dapat merelakan keputusan yang ia buat. Ia tidak ingin dekat denganku lagi.

Tengah malam. Ia memanggilku lewat sebuah pesan. Ia menanyakanku mengapa aku menyayanginya. Aku menjawab.

Kadang, sayang itu tidak memiliki alasan.

Dia meminta maaf lalu berkata bahwa ia menyesal. Dia bertanya apa aku benar-benar telah menerima apa yang ia ucapkan.

Aku menjawab, aku ikhlas.

Ketika hati ini tak sanggup lagi meneruskan percakapan. Ia berkata "aku sayang kamu" mungkin dulu itu kalimat yang akan membuatku tersenyum. Namun sekarang kalimat itu menghancurkanku. Membuat airmataku mengalir kian deras...

Aku menyayanginya. Sejujurnya aku ingin mempertahankan kami tetap dekat. Namun, aku melihat ini semua akan tetap sia-sia. Aku tidak membencinya. Aku memaafkannya.

Awal kami mulai renggang memang kurang baik, karena diawali dengan pertengkaran. Namun kami tetap mencoba terlihat baik. Walau setelah itu hubungan kami semakin aneh.

Tepat seminggu sebelum ujian nasional. Ujian yang agak berat, apalagi kami berada di ruangan yang sama. Namun alhamdulillah Allah menolongku. Allah menguatkanku. Bahkan ia memberiku hidayah.

Terimakasih ya Allah karena engkau telah menguatkanku. Engkau membantuku menjalani ujian dengan baik. Semoga engkau juga akan membantuku mengobati luka ini.

Terjawablah segalanya

     Masih dengan hati yang menanti jawaban. Menanti seseorang mengatakan kejujuran. Hati yang mencari arti, mencari tempat berlabuh...
     Aku meresapi irama serta lirik musik yang kuputar. Malam ini begitu sendu akupun tak tau alasannya. Lantunan musik semakin kuat. Airmataku perlahan mengalir...

Someday
Larut malam. Dengan airmata yang masih mengalir dan disertai senyum sumringah. Membaca apa yang tertulis di hpku berkali-kali. Masih setengah percaya.
Kami mengutarakan apa yang kami rasakan selama ini. Dia memang menyukaiku semenjak ia mulai menggangguku. Namun ia takut untuk memulai, ia takut mengulang kesalahan di masa lalu.

Pengalaman yang luar biasa. Tiap detik dapat melihat sang pujaan hati. Indah? Tentu saja. Terlebih jika berdua dengan orang yang disayang.
Kami semakin dekat tepat disaat semester pertama kelas 12 telah berakhir. Walau telah mengenal lama, kami tetap canggung. Lucu, jatuh cinta membuat orang terlihat kikuk bersama.
Hari-hari indah kami lewati. Perkelahian dengan orang yang dekat dengan kita, hampir tidak mungkin. Terlebih karena berada di kelas yang sama, memang terlihat indah sekaligus menyakitkan.
Sepanjang perjalanan cintaku di SMA, ini pertama kalinya aku merasa disayang dengan orang yang aku sayangi. Aku bahagia hingga perasaan egois karena telah merasa dekat menjadi semakin besar. Aku takut kehilangan dia.
Banyak hal yang terjadi, aku bahagia bersamanya. Semua hal yang dia lakukan membuatku semakin menyayanginya. Perhatian, kasih sayang, tatapannya...
Aku mencintainya melebihi diriku sendiri. Aku rela mengorbankan segalanya untuknya. Aku mencintainya dari lubuk hati yang terdalam. Aku bahagia bersamanya... Aku bahagia bersama orang yang kucintai...
Sayang ini semakin besar, tiap harinya. Walau sifat fleksibel yang ia miliki mengikis hati ini tiap hari, namun cinta ini lebih besar.
Karena sebesar apapun kesalahan yang ia buat, akan selalu ada maaf untuk dia yang kita cintai.
Terkikis sedikit demi sedikit. Namun cintaku tetap bertahan. Aku selalu meminta maaf di setiap perkelahian. Aku selalu mencoba mengerti dan memahami. Selalu mengalah. Karena aku mencintainya.

Minggu, 15 Juni 2014

Jatuh hati atau sekedar bercanda?

     Jatuh cinta lagi. Kepada orang yang terlihat setiap hari selama 3 tahun. Akankah bahagia? Atau kembali terluka?

Sikapnya yang tak henti-henti mengusik dan memperhatikanku membuatku ingin tahu apa sebenarnya yang ada dipikirannya.
Aku bertanya kepada temannya, dan mereka berkata "dia menyukaimu"

Sebuah kalimat yang mampu menggetarkan hati ini. Tidak! Aku tidak boleh berharap. Dengan begini saja sudah membuatku senang. Aku tidak boleh mengharapkan hal yang lebih dari ini.

Namun, sikapnya yang semakin lama membuatku bingung menyebabkan harapan itu semakin besar tiap harinya. Begitupun cinta yang ada.

Menyembunyikan cinta tak semudah menyembunyikan batu dalam genggaman. Sepertinya ia mulai sadar akan cinta yang kurasa. Ia mulai mengetahui perasaan ini. Dan sikapnya canggung kemudian menjauh...

Perubahan sikap yang ia lakukan begitu menyakitkan. Opini negatif yang bergejolak semakin memenuhi otak ini. Membuat dada ini sesak.

Dia menjauh...
Dia tidak mencintaiku...
Dia tak pernah serius terhadapku...
Dia hanya bercanda...

I was never able to joke with love. Because i think love is real. So, don't joke about love with me, because it's simply not funny

Perih. Sekelebat pikiran-pikiran itu kian menyelimuti. Aku makin terpojok. Aku merasa begitu rapuh. Aku tidak tahu apa aku sanggup bertahan dengan pandangan matanya setiap hari.

Aku hanya mampu berdoa, menengadahkan tanganku kepada Allah.
Ya Allah bantu aku hapuskan rasa ini, bantu aku untuk berhenti berharap.

17 bukanlah segalanya, bersama rasa harap yang tak kunjung hilang

Ini hari ulangtahunku. Tepat jam 12 malam, banyak berdatangan ucapan dan doa dari orang-orang. Aku bersyukur dan berterimakasih.

Lalu kemudian sunyi. Orang-orang telah terlelap tidur. Aku berulangtahun hari ini. Tepat 17 tahun. Orang berkata 'sweet 17' yang berarti akan ada hal spesial di hari ini. Tentunya semua berharap begitu.

Tetapi, aku disini bukan merasa bahagia menyambut ulangtahunku. Yang kulakukan meneteskan airmata. Membuat mataku bengkak. Sesungguhnya aku tidak mengetahui pasti penyebabnya.

Indeed, love is usually painful. But for some reason, now it feels far more painful. And i can't explain my feelings.

Ketika hati ingin menangis, maka menangislah ia walau tanpa sebab yang pasti.

Mungkin aku mengharapkan sesuatu yang spesial dari dia, hari ini. Karena ini ulangtahunku yang ke-17. Tidak salah memang mengharapkan sesuatu yang spesial.

Namun, jangan terlalu berlebihan. Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, termasuk berharap. Karena 17 bukanlah segalanya.

Di sekolah aku mendapat ucapan dan surprise dari teman-temanku. Aku sangat berterima kasih. Ini sangat berarti bagiku. Mereka membuatku melupakan kesedihanku.

Dan surprise mengejutkan datang dari dia. Teman sekelas 3 tahun. Ini sangat membuatku kaget. Dia tidak mengucapkan ulangtahun sama sekali lalu bersama temanku memberi surprise. Aku bahagia.

Aku benar-benar merasakan 'sweet 17' kejadian istimewa bersama orang yang istimewa bagiku. Aku begitu bersyukur. Airmataku berganti senyum kebahagiaan.

Memang yang namanya hati, jika sudah jatuh sulit untuk ditarik kembali. Bahkan makin jatuh ke dasar.

Hatiku semakin menuntut. Pikiranku kembali membuat opini-opini. Harapku kian tinggi. Apa tujuannya memberiku surprise?

Apa dia benar-benar jatuh hati terhadapku? Atau dia hanya ingin membahagiakanku di hari ulangtahunku?
Tanya yang sangat ingin ku tahu jawabannya.



Berawal dari ejekan berujung menjadi cinta

     Akhirnya aku telah menjadi murid kelas 12. Setelah dipermainkan oleh seseorang, awalnya sempat galau, namun tak berlangsung lama. Kini aku bangkit lagi. Kini aku mulai ceria. Semakin banyak berteman dan menggila bersama.

     Kelas baru, suasana baru. Aku ingin sesuatu yang baru. Aku memangkas rambutku yang awalnya dari sepinggang menjadi sebahu. Ahh rasanya lega sekali, enteng.

     Namun setelah aku memotong rambutku, banyak yang menyangka dikarenakan aku stress baru dibohongi oleh seseorang. Aku hanya tertawa. Kurang penting apa, aku stress karena orang seperti dia. Ini murni karena aku ingin merubah penampilan.

Tidak berkenalan seperti sebelumnya karena sudah lama mengenal
Awal kelas 12 masih biasa saja tidak ada yang istimewa. Namun, ada seseorang yang seringkali mengusik. Itu temanku. 3 tahun kami selalu sekelas, ajaib memang.

Dia punya kebiasaan mengganggu anak-anak cewek. Termasuk aku. Bukan playboy tapi bisa dibilang genit. Berhubung aku yang memiliki rambut paling pendek di kelas ini aku menjadi incarannya tiap hari.
"Nih anak doyannya ngibas-ngibas rambut cewek. Gangerti gue serunya dimana"

Bukan hanya diganggu tapi juga diperhatikan. Risih, awalnya. Namun lambat laun, aku mulai terbiasa.
Perasaan mulai terbiasa ini perasaan yang berbahaya. Karena disaat dia tidak mengusikku, aku merasa ada yang kurang, merasa aneh dan sepi...
Mungkin ia hanya ingin mencoba menjadi teman akrabku, pikirku.

Sejak awal aku berupaya untuk menutup hati ini. Tidak ingin jatuh cinta dulu. Bukan karena trauma, hanya saja ingin menikmati quality time sendirian.

Dia menggangguku. Dan itu membuat teman-teman yang melihat, mengejek kami berdua. Semakin risih dan aneh. Tanpa bicara, hanya berdiri di sebelahku sudah membuat sekelas heboh. Betapa itu memuakkan.

Bukan aku membencinya, hanya saja aku tidak ingin membuat hal ini semakin rumit. Kami berteman, 3 tahun sekelas, lantas jika kami akrab apa itu aneh?

Mungkin saja ia baru melihatku di kelas 3 ini. Dulu aku begitu pendiam hingga tidak asyik dijadikan temannya, tidak seperti sekarang aku menjadi cerewet. Aku kembali membuat opini-opini.

Awalnya aku berpikir begitu. Tiap hari aku mengatakan 'tidak, aku tidak menyukainya'
Selalu. Hingga aku bosan menyangkalnya.
Hal-hal yang dia lakukan, kedekatannya dengan perempuan lain semakin membuatku yakin kekokohan dinding hati ini dapat dihancurkan juga akhirnya. Begitu menyebalkan.

Karena tak ada hal yang dapat dirubah lagi ketika hati telah memilih dimana ia akan berlabuh.
Aku jatuh cinta lagi. Kali ini kepada orang yang kulihat tiap hari selama 3 tahun.

Mungkin terlihat aku mudah jatuh cinta melalui tulisan singkat ini. Namun hal yang terjadi tak sesederhana yang dibaca.

Fase yang kulewati tak sesingkat tulisan ini.

Sabtu, 14 Juni 2014

Terluka kembali

     Saat ini aku duduk di kelas 11. Yang berarti telah setahun berlalu semenjak aku pertama kali jatuh cinta sekaligus patah hati.

     Banyak hal yang kulewati setahun ini. Banyak yang datang dan pergi. Aku mulai terbiasa. Karena aku juga telah mencoba untuk menutup hati ini.

Kembali berkenalan
Sebentar lagi ujian nasional akan diadakan. Perpisahan juga akan diadakan setelahnya. Aku turut serta dalam menyelenggarakan acara itu. Bukan hanya perpisahan, aku juga terlibat dalam suatu hal. Dan disini aku bertemu seseorang. Seseorang yang sering memperhatikanku.

Aku mendapati ada yang meng-invite bbmku. Dia adalah seseorang yang memperhatikanku kemarin. Aku tidak curiga karena kami memang berurusan untuk menyelenggarakan suatu acara. Kupikir dia akan membahas hal itu.

Tiap hari aku mendapat bbm dari orang itu. Bukan membahas acara yang akan diadakan. Dia memberi perhatian, bercanda dan mengucapkan selamat malam. Aku merasa takut.

Banyak yang telah mengatakan dia playboy. Dia memang pandai merayu dan segala macamnya. Aku makin merasa takut. Sejak awal aku sudah membalas seadanya. Terlebih aku membalas hanya karena segan. Ini makin aneh.

Hmmm...
Aku semakin lama mulai melihat sisi lain dari dia. Dia memang tampak dengan rayuan gombal. Namun di sisi lain dia baik. Dia layak menjadi seorang abang. Namun cinta memang kurang ajar. Datang tanpa diminta.

Cinta seringkali membuat seseorang buta terhadap kenyataan. Tuli terhadap yang orang katakan. Cinta membuat seseorang tampak bodoh berada didalamnya.

Perpisahan dilaksanakan. Aku bertemu dengannya, kami berfoto. Hal yang tidak kusangka terjadi. Dia mencium tanganku. Aku merasa geli. Aku tidak suka. Tapi sekali lagi cinta membodohiku.
Dia menembakku. Banyak hal yang kupikir dan kupertimbangkan. Tapi kebodohanku masih berlanjut.

Awalnya indah. Setelah beberapa saat mulai dekat, sifat aslinya mulai tampak. Semakin renggang. Semakin menjauh. Dia memutuskan hubungan kami.

Terluka tentu saja. Pertama kali merasakan senang sekaligus sakit yang seperti ini. Ternyata dia dekat dengan perempuan lain. Tapi hati ini tidak begitu perih. Karena ini semua berawal dari ketakutan.
Mungkin karena aku pernah terluka sehingga hatiku telah membuat antibodinya sendiri. Dan juga karena aku telah tahu dia playboy dan mungkin aku sudah menebaknya.

Sama halnya dengan cinta pertama, tak selamanya orang yang dekat dengan kita akan menjadi jodoh kita.

Penyembuh atau penambah luka?

     Aku telah mencoba dengan keras namun move on dari cinta pertamaku tidaklah mudah. Walau sulit, akhirnya tetap berhasil dengan hadirnya cinta baru. Kebahagiaankah?

Awal perkenalan

Malam yang sunyi hanya ditemani oleh sebuah novel. Hp ku tiba-tiba berbunyi. Pesan singkat dari seseorang, entah siapa. Aku membalasnya dengan cuek. Memang sudah sikapku begitu terhadap cowok yang mengajak berkenalan.

Hati yang mulai luluh

Tiap hari dia mengirimiku pesan singkat. Aku yang awalnya cuek, lama kelamaan menikmatinya. Mulai terasa asyik pikirku. Pagi siang sore ia mengirimiku pesan singkat. Bertanya sedang apa, udah makan apa belum, lalu membahas hal lainnya. Perasaan terhadap cinta pertamaku tampaknya kian memudar. Apa aku jatuh cinta lagi?

Kabar mengagetkan

Malam ini aku menerima pesan singkat lagi. Namun isinya berbeda dari sebelumnya. Sebuah kata 'maaf' karena ia telah kembali kepada mantannya. Perih namun aku menerima kenyataan ini.

Seminggu setelah malam itu, aku mendapati pesan singkat dari dia. Aku membalas sekadarnya karna aku tidak ingin mengganggu hubungan orang lain.

Keesokannya dia mengirimiku pesan singkat lagi. Aku makin tidak enak, aku menanyakan kabar pacarnya dan dia mengatakan sekadarnya. Aku makin cuek bahkan seringkali tak membalas.

Sekali lagi aku mendengar kabar mengagetkan. Dia telah putus kembali. Perasaanku bergejolak. Dia yang selalu mengirimiku pesan duluan, lalu aku membalas dengan cuek. Lantas mengapa ia tiba-tiba berpisah lagi?

Aku memaksanya untuk kembali kepada mantannya. Namun ia enggan. Aku semakin tidak enak. Lantas dia tetap mengirimiku sms. Aku semakin bingung.

Penyembuh atau penambah luka?

Hari perpisahan kelas 12 telah diadakan. Sampai hari ini pun hubungan kami tetap janggal. Dia mencariku hari itu lalu kami bertemu. Sama-sama diam. Kemudian temanku mengusulkan berfoto.

Tak lama dari hari itu ia jadian. Namun kini bukan dengan mantannya melainkan dengan orang lain. Aku hancur. Hati ini terluka. Selama ini aku hanyalah pelampiasan baginya. Sebuah boneka tak berharga.

Di kala ia bosan ia mencariku. Di kala ia rapuh ia mencariku. Memanggilku 'sayang' bahkan tanpa ada kejelasan hubungan. Aku yang polos dulu benar-benar bodoh akan cinta. Sangat bodoh hingga mau saja dibohongi berkali-kali.

Ternyata ia hadir bukan sebagai penyembuh hati ini. Ia menggoreskan luka yang lebih dalam. Hingga hati ini semakin terluka.

Pada kisah ini aku belajar suatu hal. Walau kita mencoba berbagai hal untuk move on, termasuk mencari cinta baru. Janganlah kita dengan mudahnya menerima cinta yang disuguhkan dari seseorang.

Karena sesungguhnya move on itu bukan dengan pindah ke lain hati tapi seharusnya pindah ke hal lain. Itulah penyembuhan yang tepat.

Mungkin dulu kami sempat terlibat hubungan yang aneh, tapi sekarang kami baik-baik saja. Karena sudah prinsipku untuk tidak bermusuhan dengan siapapun.

By: Rini Suryani^^

First Love, Yeah

     Udah lama gak nulis blog. Terakhir itu 2 tahun yg lalu di blog rainierini.blogspot.com berhubung udh kelamaan gak dibuka yaa jadinya lupa alamat emailnya hehe.

FIRST LOVE
     Banyak hal yang dirasain pas pertama kali jatuh cinta. Senang, sedih, kecewa, geer, melayang, berharap, and bla bla bla. Ini cerita lama sekitar 3 tahun yang lalu. Dan, first love aku dimulai dari sini...
    
Awal masuk SMA

Berserakan anak-anak yang baru memasuki dunia SMA, mereka lagi sibuk dengan ke-gaul+alay-annya.
Seperti berada di tempat asing, terlihat di sudut sekolah ada anak cewek dengan muka polos sendirian. Dia kebingungan. Mendaftar di sekolah luar kota tempat tinggalnya. Sendirian tanpa teman.

Ya, itu aku.

Dulu aku masih begitu polos. Dengan kepolosan ini mana mungkin aku jatuh cinta haha tapi cinta memang tak memandang siapa kamu dan berapa umur kamu.

Pertama kali mengenal

Masuk sekolah tanpa ada MOS itu rasanya gak sah. Yaa emang banyak dikerjainnya ketimbang diajarin, tapi pengalaman yang didapat juga gak begitu buruk. Sulit untuk dilupakan.

Terlebih untukku.

MOS itu dibagi dalam beberapa gugus, aku berada di salah satunya. Tanpa mengenal seorangpun di dalamnya. Di gugus ini aku menemukan sesuatu yang berbeda.

Bertatap mata tanpa sengaja di ruangan kelas. Pandangan mata yang menurutnya biasa saja namun bagiku cukup membuat jantung ini berdebar kencang. Jatuh cinta memang bisa membuat kita menjadi berlebihan.

Menyadari ternyata aku jatuh cinta

Awalnya aku tak mengakui atau mungkin tak mengetahui mengapa aku selalu ingin memperhatikannya walau dari jauh. Entahlah aku yang polos dulu memang tak mengerti apa-apa tentang cinta.

Teman sebangku yang tiap hari memperhatikan gerak-gerikku tiba-tiba saja berkata "kamu suka sama dia yaaa"
Suka? Ya mungkin saja, suka itu menandakan aku cewek normal. Tentu saja.

Singkat cerita, dia jadian.
Aku mendengar kabar ini dari temanku. Aku mendadak terdiam. Perasaanku aneh. Dadaku sesak, mataku panas. Lalu, airmataku mengalir...

Kata orang, disaat kita membuat seseorang tertawa maka orang itu menyukai kita. Namun disaat kita membuat ia menangis maka orang itu mencintai kita.

Berusaha melupakan

Pertama kali jatuh cinta sekaligus patah hati. Melayang lalu terhempas. Senang lalu sedih. Berharap lalu kecewa.
Hal yang dapat dilakukan hanyalah move on. Namun itulah fase terberat dari jatuh cinta.

Sulit bukan berarti tidak bisa.

Walau waktu yang berlalu cukup lama, airmata yang terbuang cukup banyak, namun akhirnya aku berhasil move on.

Tak semua orang bisa berjodoh dengan cinta pertamanya. Namun cinta pertama tetaplah sesuatu yang layak untuk dikenang dan takkan terlupakan seumur hidup kita.

     Kepada first love ku terima kasih sudah mengenalkanku akan cinta, walau kau tak berperan langsung di dalamnya.

By: Rini Suryani^^