Ikhlas merupakan sumber kedamaian -Rini Suryani-

Senin, 16 Juni 2014

Teruntuk kamu...

Sebuah pesan untukmu
Ternyata sudah dua bulan berlalu semenjak kita semakin renggang. Tiap hari bayangmu masih saja menghampiriku. Tiap malam aku masih memikirkanmu. Kenangan kita masih saja menghantui.

Bahkan jika aku berusaha sekuat tenaga mengalihkan pikiran itu, engkau tetap muncul di mimpiku. Sudahlah aku memang tak bisa berbuat apa-apa lagi terhadap hati dan pikiran ini.
Aku merindukanmu. Aku ingin tahu kabarmu saat ini. Namun aku tidak ingin mengganggu hidupmu. Mungkin setelah tidak dekat, kehidupanmu akan menjadi lebih baik.

Aku menyayangimu. Perasaan ini masih sama. Tidak ada yang berubah. Bahkan disaat aku menulis ini, airmataku masih saja mengalir. Haha cinta memang selalu membuatku tampak bodoh.
Saat ini kita tetap baik-baik saja. Aku bersyukur ini tidak membuat kita bermusuhan. Aku berharap kita tidak akan saling membenci.

Teruntuk kamu yang aku sayangi entah sampai kapan...

Semoga rasa ini dapat memudar seiring berjalannya waktu. Karena sejujurnya aku lelah terus berusaha menghapuskannya dan tetap saja gagal.
Teruntuk kamu yang mungkin telah melupakanku...
Aku berharap kamu akan mendapatkan seseorang yang sesuai harapanmu, yang terbaik untukmu. Maaf jika aku tak sempurna untukmu.
Teruntuk kamu yang aku cintai...
Semoga kamu meraih cita-cita dan kesuksesan yang kamu harapkan. Aku berdoa yang terbaik untukmu.

Teruntuk kamu, yang masih berada dipikiranku...
Aku masih sayang kamu.

Ternyata cinta saja tidak cukup.

     Pertengkaran demi pertengkaran membuat kami semakin renggang. Hingga orang yang melihat kami menjadi bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.

Seminggu sebelum hari ini dia terlihat aneh. Tanpa semangat dan sedikit cuek. Aku mengira mungkin moodnya sedang buruk, maka aku mencoba menghibur.

Dia meminta maaf. Hari ini dia sadar akan perubahan sikapnya seminggu lalu. Dia mengatakan ia merindukanku. Lucu memang, kami sekelas, tiap hari bertemu, tapi ia merindu. Mungkin karena kami sempat jauh.
Aku tersenyum mendengar voice note yang ia kirimkan. Aku merasa lega, kami mulai membaik. Seminggu ini kami kembali dekat.

Tanpa ada penyebab pasti, kami berkelahi. Dia mengeluarkan semua emosi dan hal yang ia pendam selama ini. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya ia pikirkan. Yang aku tahu, kata-kata yang ia keluarkan begitu menyakitkan.
Tak pernah aku melihat ia mengeluarkan kata-kata seperti ini kepadaku. Aku tak dapat menahan airmataku. Aku benar-benar tidak mengerti akar dari permasalahan ini. Aku tidak mengerti apa yang salah disini.

Hingga kata menyakitkan darinya keluar dari layar hpku. Kata-kata yang sama sekali tidak kusangka akan dilontarkannya. Aku benar-benar kehabisan kata.

Aku bertanya mengenai alasan, namun ia enggan menjawab. Ini begitu menyakitkan. Aku hanya dapat merelakan keputusan yang ia buat. Ia tidak ingin dekat denganku lagi.

Tengah malam. Ia memanggilku lewat sebuah pesan. Ia menanyakanku mengapa aku menyayanginya. Aku menjawab.

Kadang, sayang itu tidak memiliki alasan.

Dia meminta maaf lalu berkata bahwa ia menyesal. Dia bertanya apa aku benar-benar telah menerima apa yang ia ucapkan.

Aku menjawab, aku ikhlas.

Ketika hati ini tak sanggup lagi meneruskan percakapan. Ia berkata "aku sayang kamu" mungkin dulu itu kalimat yang akan membuatku tersenyum. Namun sekarang kalimat itu menghancurkanku. Membuat airmataku mengalir kian deras...

Aku menyayanginya. Sejujurnya aku ingin mempertahankan kami tetap dekat. Namun, aku melihat ini semua akan tetap sia-sia. Aku tidak membencinya. Aku memaafkannya.

Awal kami mulai renggang memang kurang baik, karena diawali dengan pertengkaran. Namun kami tetap mencoba terlihat baik. Walau setelah itu hubungan kami semakin aneh.

Tepat seminggu sebelum ujian nasional. Ujian yang agak berat, apalagi kami berada di ruangan yang sama. Namun alhamdulillah Allah menolongku. Allah menguatkanku. Bahkan ia memberiku hidayah.

Terimakasih ya Allah karena engkau telah menguatkanku. Engkau membantuku menjalani ujian dengan baik. Semoga engkau juga akan membantuku mengobati luka ini.

Terjawablah segalanya

     Masih dengan hati yang menanti jawaban. Menanti seseorang mengatakan kejujuran. Hati yang mencari arti, mencari tempat berlabuh...
     Aku meresapi irama serta lirik musik yang kuputar. Malam ini begitu sendu akupun tak tau alasannya. Lantunan musik semakin kuat. Airmataku perlahan mengalir...

Someday
Larut malam. Dengan airmata yang masih mengalir dan disertai senyum sumringah. Membaca apa yang tertulis di hpku berkali-kali. Masih setengah percaya.
Kami mengutarakan apa yang kami rasakan selama ini. Dia memang menyukaiku semenjak ia mulai menggangguku. Namun ia takut untuk memulai, ia takut mengulang kesalahan di masa lalu.

Pengalaman yang luar biasa. Tiap detik dapat melihat sang pujaan hati. Indah? Tentu saja. Terlebih jika berdua dengan orang yang disayang.
Kami semakin dekat tepat disaat semester pertama kelas 12 telah berakhir. Walau telah mengenal lama, kami tetap canggung. Lucu, jatuh cinta membuat orang terlihat kikuk bersama.
Hari-hari indah kami lewati. Perkelahian dengan orang yang dekat dengan kita, hampir tidak mungkin. Terlebih karena berada di kelas yang sama, memang terlihat indah sekaligus menyakitkan.
Sepanjang perjalanan cintaku di SMA, ini pertama kalinya aku merasa disayang dengan orang yang aku sayangi. Aku bahagia hingga perasaan egois karena telah merasa dekat menjadi semakin besar. Aku takut kehilangan dia.
Banyak hal yang terjadi, aku bahagia bersamanya. Semua hal yang dia lakukan membuatku semakin menyayanginya. Perhatian, kasih sayang, tatapannya...
Aku mencintainya melebihi diriku sendiri. Aku rela mengorbankan segalanya untuknya. Aku mencintainya dari lubuk hati yang terdalam. Aku bahagia bersamanya... Aku bahagia bersama orang yang kucintai...
Sayang ini semakin besar, tiap harinya. Walau sifat fleksibel yang ia miliki mengikis hati ini tiap hari, namun cinta ini lebih besar.
Karena sebesar apapun kesalahan yang ia buat, akan selalu ada maaf untuk dia yang kita cintai.
Terkikis sedikit demi sedikit. Namun cintaku tetap bertahan. Aku selalu meminta maaf di setiap perkelahian. Aku selalu mencoba mengerti dan memahami. Selalu mengalah. Karena aku mencintainya.