Ikhlas merupakan sumber kedamaian -Rini Suryani-

Rabu, 18 Juni 2014

Cerpen Detektif Dadakan

     Vina dan Feronica berjalan menyusuri koridor sekolah. Sunyi, hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar. Lalu ketika mereka memasuki laboratorium itu...
"vin, ntar sore gue ke rumah lo ya"
"mau ngapain fer?"
"lah, lo lupa? Kan kita mau ngerjain tugas pak subroto"
"ya ampun iya gue lupa. Oke oke gue tunggu lo yaa"
"sipp"
Feronica berlalu pergi. Lalu Vina bergegas menuju parkiran bersiap untuk pulang ke rumah. Sesampainya dirumah ia langsung mengeluarkan laptop.
Sore hari menjelang malam
Feronica turun dari motor alfi, kekasihnya tepat di depan rumah vina. Kemudian ia langsung mengetuk pintu kemudian masuk ke dalam rumah vina.
"akhirnya dateng juga lo fer, gue pikir lo gak jadi dateng"
"hehe sorry vin tadi aku diajak makan dulu bareng alfi"
"yeee udah bareng pacar aja lo lupa segala"
Mereka mulai mengerjakan tugas hingga larut malam. Tiba-tiba di tengah mengerjakan tugas vina mengingat sesuatu...
"ya ampun fer, gue lupa! Data bagian akhir ketinggalan di sekolah"
"yaelah gimana bisa ketinggalan?"
"tadi siang tuh gue ke labor kimia, disitu ada komputer kan. Nah gue copy data bahan-bahan untuk percobaan minggu depan ke flashdisk gue, kayaknya gue lupa nyabut tuh flashdisk deh"
"lo ini emang pelupa tingkat kabupaten yaa. Lo kan tau sendiri pak subroto tuh gimana galaknya. Dan besok itu dia jam pertama di kelas. Dia gak bakal nerima alasan apapun untuk tugas yang gak dikerjain maupun gak selesai."
"duh fer maaf nih, maaf banget..."
"jadi sekarang gimana dong?"
"kayaknya kita terpaksa ngambil flashdisk gue di sekolah sekarang deh. Gimana?
"okedeh, Mang udin tinggal di deket sekolah kan? Lo tau rumahnya yang mana?"
"iya gue tau, gue pernah liat dia masuk ke salah satu rumah deket situ"
Kemudian mereka bergegas menuju rumah mang udin untuk meminjam kunci labor. Setelah itu mereka menuju sekolah. Sesampainya di sekolah...
"vin, kok ni sekolah serem amat yaa malem-malem gini. Gue rada takut..."
"huss lo jangan ngomong gitu. Makin lo takut, sugesti ke diri lo bakalan jadi lebih buruk."
Kemudian mereka menyusuri koridor-koridor sekolah menuju ke laboratorium kimia. Vina membuka pintu laboratorium kimia dan melangkah masuk.
Suasana di dalam laboratorium kimia begitu gelap. Vina membuka kontak lampu lalu bergegas menuju tempat komputer berada. Ia menemukan flashdisk yang ia cari, flashdisk itu memang masih melekat di cpu komputer.
Ketika langkah kaki vina dan feronica bergerak menuju pintu laboratorium, suara aneh terdengar dari dalam pintu yang menuju ke ruang bahan yang berada di dalam laboratorium.
"vin, bunyi apaan tuh. Gue takut..." Feronica berbisik di telinga vina.
"Gue juga gak tau. Udah lo tenang aja gausah takut. Gue coba liat ya"
"vin lo yakin? Kita minggat aja yuk dari sini..."
Tak menghiraukan apa yang dikatakan oleh feronica, vina berjalan menuju ruang bahan. Dengan segenap perasaan penasaran ia membuka pintu ruangan itu dengan perlahan.
Bunyi aneh kian terdengar. Vina semakin penasaran dengan bunyi aneh itu, ia mencari dan mendekati asal suara. Semakin dekat...
Pranggggg!!!!
Suara suatu tabung yang ada terjatuh dari raknya. Feronica berteriak. Lalu bergegas menyusul vina ke dalam ruang bahan.
"VIN, ADA APA? LO GAK KENAPA-NAPA?"
"gak fer, tapi..." suara vina terkejut seakan tak percaya melihat apa yang baru saja terjatuh dari tabung yang berbunyi aneh.
Feronica yang melihat isi tabung yang jatuh begitu terkejut hingga hampir pingsan.
"vi...vin...itu apaan..." dengan takut-takut feronica bertanya kepada vina.
"gue juga gak ngerti fer...ini janin bayi siapa...dan kenapa bentuknya kayak gini, gak kayak janin bayi manusia"
Dalam suasana kekagetan yang terjadi. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari luar laboratorium, suara seseorang berlari dengan cepat. Vina dan feronica terpaku di ruang bahan dengan wajah pucat pasi. Seseorang itu kemudian memasuki ruang bahan tempat mereka berada.
"KALIAN NGAPAIN DISINI? APA YANG TERJA..." pak gilang guru kimia mereka berteriak lalu tersentak melihat apa yang berserakan di lantai.
Vina mencoba menjelaskan.
"sebenarnya kami disini mau ngambil data ka..." vina tidak menyelesaikan kalimatnya, ia heran melihat pak gilang menangis sambil memeluk janin aneh tersebut.
Feronica dengan takut-takut mencoba bertanya kepada pak gilang.
"p...pak, bapak kenapa?"
Menangis tersedu-sedu dengan masih memeluk janin aneh tersebut, pak gilang melirik ke arah feronica lalu vina secara bergantian. Kemudian ia berteriak.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN TERHADAP ANAK SAYA. KALIAN TELAH MEMBUNUH ANAK SAYA. KALIAN PEMBUNUH. SAYA AKAN MEMBUNUH KALIAN UNTUK MEMBALASKAN DENDAM ANAK SAYA"
Vina dan feronica sangat terkejut atas apa yang dikatakan oleh pak gilang. Tanpa pikir panjang mereka bergegas melarikan diri dari ruang bahan keluar menuju pintu laboratorium.
Pak gilang menaruh janin aneh tersebut dengan hati-hati ke lantai. Lalu membuka jas lab yang ia kenakan kemudian menyelimuti janin tersebut. Ia mengusap airmatanya lalu dengan raut wajah yang begitu mengerikan ia keluar ingin mencari vina dan feronica.
Di depan koridor sekolah
"vin cepetan sebelum pak gilang dapetin kita. Cepet vin gue takut sumpah"
"tenang fer, gue lagi ngidupin mesin nih. Lo jangan panik. Dia belum ada keliatan. Lo jangan buat gue jadi panik juga"
Kemudian mereka berhasil pergi meninggalkan sekolah tepat di depan mata pak gilang yang semakin geram karena tidak berhasil menangkap mereka.
Dalam perjalanan pulang, mereka mendiskusikan apa yang baru saja terjadi.
"vin, gue takut vin. Kita mesti gimana? Besok kita ke sekolah gimana? Gue takut vin, gue gatau mesti gimana"
"iya fer gue juga bingung. Gue sama sekali gak ngerti apa yang sebenarnya terjadi. Janin aneh itu...pak gilang... Duh gak tau deh gue yang penting besok kita tetep ke sekolah. Gimana-gimananya kita pikirin ntar. Gue anter lo pulang sekarang ya, biar tugas akhir kita gue yang selesaiin. Lo jangan panik fer, pasti bakalan ada jalan keluarnya"
"i...iya vin, lo jangan sampe pisah sama gue  ya disekolah. Gue takut di sergap pas lagi sendirian. Apalagi pak gilang guru kita..."
Kemudian mereka sampai dirumah feronica. Lalu vina mencoba menenangkan feronica.
"tenang fer, pak gilang gak bakal berani nekat di sekolah. Lo tenang aja yaa jangan terlalu dipikirin. Langsung istirahat lo"
"iya vin, thanks ya gue masuk dulu"
Vina kemudian pulang kerumah. Sepanjang perjalanan ia memikirkan apa yang baru saja terjadi. Sesampainya dirumah ia langsung menyiapkan tugas pak subroto dengan cepat agar ia bisa membuka internet mencari tahu tentang janin aneh yang baru saja ia lihat.
Berjam-jam ia mencari tahu hingga subuh menjelang. Beberapa fakta yang ada membuat ia kaget sekaligus semakin penasaran. Ia mencetak semua hasil pencariannya. Lalu ia mencetak gambar janin aneh itu.
Ternyata disaat ia menemukan janin aneh itu ia sempat merekam dan memfotonya. Karena flash kamera hapenya membuat janin aneh di dalam tabung tersebut mengamuk lalu menjatuhkan dirinya ke lantai.
Pagi menjelang. Tanpa tidur vina langsung bergegas mandi kemudian bersiap-siap pergi sekolah. Ia memasukan tugas pak subroto ke dalam tasnya. Lalu ia juga memasukkan hasil pencarian tentang janin aneh tersebut.
Setibanya di sekolah, feronica dengan muka yang kusam menunggu kedatangan vina. Lalu tak lama kemudian vina memasuki ruang kelas. Feronica sedikit lega.
"vin, akhirnya lo dateng juga. Gue masih kepikiran..."
"fer, kayaknya gue tau makhluk apa yang sebenarnya kita liat semalam. Yaa yang menyerupai itu lah"
"lo serius vin, kok bisa?"
Kemudian vina menceritakan semua informasi yang ia dapatkan. Raut wajah feronica semakin ketakutan sekaligus ngeri mendengar apa yang dijabarkan oleh vina.
Masih mendiskusikan hal tersebut, pak subroto memasuki kelas.
"yak, kumpulkan tugas kalian sekarang"
Berjam-jam berlalu, vina tak begitu mendengarkan apa yang dijelaskan oleh pak subroto. Pikirannya melayang. Kemudian ia memiliki ide untuk menceritakan hal tersebut kepada kepala sekolah.
Bel istirahat berbunyi
"fer, gue mau nyeritain semuanya ke kepsek. Lo gimana? Mau ikutan? Kalo lo takut gapapa gue sendiri aja, kayaknya lo gabisa tidur semalem, muka lo pucet banget"
"gue ikut! Gue emang takut tapi gue bakal lebih takut kalo masalah ini gak selesai. Yuk kita pergi sekarang, lebih cepat lebih baik"
Mereka berjalan menuju ruang kepala sekolah. Di tengah jalan tanpa sengaja mereka berpas-pasan dengan pak gilang yang baru saja keluar dari ruang kelas. Feronica semakin pucat. Vina memasang muka was-was. Pak gilang dengan tersenyum menyapa mereka.
"siang anak-anak"
Dengan muka terheran-heran feronica dan vina menjawab dengan gagap.
"s...siang pak"
Pak gilang kemudian berlalu pergi.
"vin, kok..."
"tu orang kayaknya sarap deh fer. Mending kita cepetan ke kepsek"
Sampai di ruang kepala sekolah mereka menceritakan semuanya. Kepala sekolah mendengarkan, membaca hasil pencarian, dan melihat bukti dengan seksama. Kepala sekolah sontak kaget dan menampakkan muka setengah tak percaya. Lalu kemudian ia berkata.
"bapak benar-benar terkejut dengan berita ini. Tapi sepertinya apa yang kalian katakan adalah fakta. Karena setelah dipikir-pikir, sebulan lalu istri pak gilang melahirkan lalu meninggal. Dan dikatakan anaknya juga tidak bertahan lama. Kemudian semenjak itu pak gilang sempat memiliki emosi labil, namun beberapa minggu ini ia terlihat sehat-sehat saja maka dari itu kami para guru merasa ia orang yang tegar. Bapak tidak menyangka ia akan melakukan ini terhadap bayinya sendiri. Mungkin karena ia begitu menyayangi istri dan anaknya maka ia ingin membuat anaknya hidup kembali dengan ilmu kimia yang ia miliki. Bapak akan mengurus ini semua. Dan kalian berdua sebaiknya sekarang balik ke kelas untuk mengikuti pelajaran. Dan ingat kalian jangan pulang dulu, setelah pulang bapak akan segera menemui kalian di depan gerbang sekolah dan mengajak kalian untuk menjadi saksi. Apa kalian bersedia?"
"iya pak kami bersedia" dengan mantap vina menjawab.
Bel pulang telah berbunyi. Vina dan feronica menunggu kedatangan kepala sekolah di depan gerbang sekolah. Seseorang berjalan mendekati mereka. Bukan kepala sekolah melainkan pak gilang.
"anak-anak kalian sedang apa disini?" pak gilang bertanya kepada mereka seakan semalam tidak ada yang terjadi.
"k...kami menunggu tumpangan pak"
"mau saya anter?"
"t...tidak pak makasih"
"KALIAN DENGAR TIDAK?! SAYA YANG AKAN MENGANTAR KALIAN! AYO IKUT SAYA!" pak gilang tiba-tiba berteriak.
Vina dan feronica terkejut dan ketakutan. Mereka mencoba kabur namun gagal. Pak gilang telah menyiapkan tali dan lakban untuk mengikat mereka. Kemudian mereka dimasukkan kedalam mobil.
Ia mengendarai mobil dengan cepat menuju rumahnya. Vina dan feronica berusaha melepaskan diri namun tak berhasil.
Sesampainya dirumah pak gilang membuka pintu belakang akan mengeluarkan vina dan feronica, bersamaan dengan itu kepala sekolah beserta polisi langsung menyergap pak gilang.
"itu pak orangnya, dia memiliki kelainan jiwa dan saat ini sedang melakukan penculikan" kepala sekolah menuntun polisi untuk menangkap pak gilang.
Ternyata, semenjak di sekolah, kepala sekolah sengaja menyuruh vina dan feronica menunggu di depan gerbang sekolah agar dapat memancing pak gilang. Sambil terus mengawasi, kepala sekolah segera menelepon polisi dan membuntuti mereka.
Pak gilang ditangkap polisi. Kepala sekolah melepaskan ikatan dan lakban vina dan feronica.
"maaf ya nak bapak menjadikan kalian umpan, niat bapak agar pak gilang lebih mudah ditangkap dan polisi memiliki bukti nyata untuk menangkapnya"
"tidak mengapa pak kami berdua justru berterimakasih karena bapak telah menolong kami"
Kasus selesai. Vina dan feronica begitu lega telah melewati semuanya. Pak gilang ternyata seorang psikopat. Dulu disaat istrinya melahirkan, sebenarnya dialah yang membunuh istrinya dan menjadikan anaknya sendiri sebagai percobaannya. Lalu kemudian ia menyamarkan berita kematian istri dan anaknya. Vina dan feronica telah berjasa besar. Mereka secara tak sengaja menjadi detektif dadakan.
Pertama kali nulis cerita kayak begini, biasanya cinta-cintaan haha. Semoga kalian menikmati cerita fiksi ini yaa
By: Rini Suryani^^