Ikhlas merupakan sumber kedamaian -Rini Suryani-

Minggu, 15 Juni 2014

Berawal dari ejekan berujung menjadi cinta

     Akhirnya aku telah menjadi murid kelas 12. Setelah dipermainkan oleh seseorang, awalnya sempat galau, namun tak berlangsung lama. Kini aku bangkit lagi. Kini aku mulai ceria. Semakin banyak berteman dan menggila bersama.

     Kelas baru, suasana baru. Aku ingin sesuatu yang baru. Aku memangkas rambutku yang awalnya dari sepinggang menjadi sebahu. Ahh rasanya lega sekali, enteng.

     Namun setelah aku memotong rambutku, banyak yang menyangka dikarenakan aku stress baru dibohongi oleh seseorang. Aku hanya tertawa. Kurang penting apa, aku stress karena orang seperti dia. Ini murni karena aku ingin merubah penampilan.

Tidak berkenalan seperti sebelumnya karena sudah lama mengenal
Awal kelas 12 masih biasa saja tidak ada yang istimewa. Namun, ada seseorang yang seringkali mengusik. Itu temanku. 3 tahun kami selalu sekelas, ajaib memang.

Dia punya kebiasaan mengganggu anak-anak cewek. Termasuk aku. Bukan playboy tapi bisa dibilang genit. Berhubung aku yang memiliki rambut paling pendek di kelas ini aku menjadi incarannya tiap hari.
"Nih anak doyannya ngibas-ngibas rambut cewek. Gangerti gue serunya dimana"

Bukan hanya diganggu tapi juga diperhatikan. Risih, awalnya. Namun lambat laun, aku mulai terbiasa.
Perasaan mulai terbiasa ini perasaan yang berbahaya. Karena disaat dia tidak mengusikku, aku merasa ada yang kurang, merasa aneh dan sepi...
Mungkin ia hanya ingin mencoba menjadi teman akrabku, pikirku.

Sejak awal aku berupaya untuk menutup hati ini. Tidak ingin jatuh cinta dulu. Bukan karena trauma, hanya saja ingin menikmati quality time sendirian.

Dia menggangguku. Dan itu membuat teman-teman yang melihat, mengejek kami berdua. Semakin risih dan aneh. Tanpa bicara, hanya berdiri di sebelahku sudah membuat sekelas heboh. Betapa itu memuakkan.

Bukan aku membencinya, hanya saja aku tidak ingin membuat hal ini semakin rumit. Kami berteman, 3 tahun sekelas, lantas jika kami akrab apa itu aneh?

Mungkin saja ia baru melihatku di kelas 3 ini. Dulu aku begitu pendiam hingga tidak asyik dijadikan temannya, tidak seperti sekarang aku menjadi cerewet. Aku kembali membuat opini-opini.

Awalnya aku berpikir begitu. Tiap hari aku mengatakan 'tidak, aku tidak menyukainya'
Selalu. Hingga aku bosan menyangkalnya.
Hal-hal yang dia lakukan, kedekatannya dengan perempuan lain semakin membuatku yakin kekokohan dinding hati ini dapat dihancurkan juga akhirnya. Begitu menyebalkan.

Karena tak ada hal yang dapat dirubah lagi ketika hati telah memilih dimana ia akan berlabuh.
Aku jatuh cinta lagi. Kali ini kepada orang yang kulihat tiap hari selama 3 tahun.

Mungkin terlihat aku mudah jatuh cinta melalui tulisan singkat ini. Namun hal yang terjadi tak sesederhana yang dibaca.

Fase yang kulewati tak sesingkat tulisan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar